“Banyak yang tak paham, bahwa dunia ini diurus oleh sebuah tatanan pemerintahan yang dijalankan Para Wali Allah”.
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ ۞
Bismillâhirrahmânirrahîm
Al-hamdu lillâh wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Risalah langka, karena banyak yang tidak paham walaupun di kalangan Ahli Agama sekalipun !!!
Sahabatku, risalah yang aku bahas hari ini bukanlah kisah khayal namun sebuah kenyataan bahwa sesungguhnya ada sebuah tatanan pemerintahan yang berjalan, yang dipimpin oleh wali-wali Allah hingga akhir zaman yang mana tanpa adanya sistem pemerintahan ini maka dunia ini sudah hancur sejak sepeninggal Rasulullah SAW.
Hal ini tentunya sejalan dengan hadits Qudsi yang menyatakan:
لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمَّدٌ لَمَّا خَلَقْتُ الْأَفْلَاكَ
“Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini.”
Sebagaimana kita ketahui bahwa ulama pewaris Nabi, nah hal ini berlaku hingga akhir zaman karena Nabi selain penyampai risalah, beliau juga seorang Pemimpin dunia sebagaimana dikatakan dalam kalam beliau:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلَا فَخْرَ
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku penghulu anak Adam, dan tidak sombong,’” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).
Kalimat “tidak sombong” dalam hadits tersebut akan berakibat banyak diantara umatnya yang tidak paham.
Dalam sebuah hadits qudsi (hadits Nabi SAW yang menceritakan firman Allah) yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Shahabat Abu Hurairah r.a Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ أَذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا اِفْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ وَلَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ اِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى اُحِبَّهُ فَإِذَا اَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يَبْصُرُبِهِ وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِىْ بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ وَإِنْ اِسْتَعَاذَنِيْ لَأُعِيْذَنَّهُ
“Allah Ta’ala telah berfirman: Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku benar-benar mengumumkan perang terhadapnya. Hamba-Ku tidak berdekat-dekat, taqarrub, kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai melebihi apa yang telah aku fardhukan kepadanya. Tak henti-hentinya hamba-Ku mendekat-dekat kepada-Ku dengan melaksanakan kesunahan-kesunahan sampai Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Akulah pendengarannya dengan apa ia mendengar. Akulah penglihatannya dengan apa ia melihat. Akulah tangannya dengan apa ia memukul. Akulah kakinya dengan apa ia berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya, jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku akan melindunginya.”
Ibnu Arabi dalam kitab al-Futuhat al-Makkkiyah-nya yang terkenal:
وَلَا يَعْرِفُ هَذَا إِلَّا أَهْلُ الْكَشْفِ مِنْ طَرِيْقِنَا
“Hanya orang yang sudah tersingkap batinnya saja dari kalangan madzhab kami yang dapat mengetahui hakikatnya.”
Hal ini pernah terungkap pula dalam ceramah Syekh Akbar Fathurahman mursyid Tarekat Idrisiyyah dalam kanal youtubenya:
Dalam kitab Kasyful al-Mahjub karya al-Hujwairi terdapat penjelasan:
جَعَلَهُمُ اللهُ أَوْلِيَآءَ الْعَالَمِ…حَتَّى إِنَّ الْأَمْطَارَ تَمْطُرُ مِنَ السَّمَآءِ بِبَرْكَتِهِمْ وَيَنْبُتُ النَّبَاتِ مِنَ الْأَرْضِ بِصَفَآءِ أَحْوَالِهِمْ وَيَنْتَصِرُ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَى الْكُفَّارِ بِهِمَّتِهِمْ .
“Allah menjadikan mereka wali-wali semesta…, hujan turun dari langit karena berkah dari mereka, tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan mekarnya di atas tanah karena kesucian hati mereka, dan kaum muslim menang melawan kaum kafir karena kehendak mereka pula.”
Bayangkan melalui kutipan ini, tatanan alam semesta ini seolah akan hancur dan rusak kalau tidak ada wali. Hal demikian sama seperti halnya negara yang hancur jika tidak ada pejabat yang mengurus dan tentara yang menjaganya.
Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Kattani (w 322 H) yang merupakan sosok sufi Baghdad dan pernah belajar kepada al-Junaid dan an-Nuriy menjadikan struktur hirarkis negara para wali ini sebagai berikut; pertama, al-Ghauts; kedua, ‘Imad yang berjumlah empat anggota dewan wali; ketiga, al-Akhyar yang berjumlah tujuh anggota dewan wali; keempat, Abdal yang berjumlah empat puluh anggota dewan wali; kelima, Nujaba yang berjumlah tujuh puluh anggota dewan wali, dan terakhir; keenam, Nuqaba yang berjumlah tiga ratus anggota dewan wali.
Sementara itu, menurut Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi yang dikutip oleh Syekh Abdul Hafiz bin Ali al-Maliki al-Azhari, hikmah dirahasiakannya para wali adalah agar orang-orang mengetahui status kewalian mereka tidak meremehkannya, karena jika sudah tahu pada kewalian seseorang kemudian tidak menghormatinya, maka Allah akan murka kepadanya,
وَلَمْ يَجْعَلْهُمْ اِلَّا مَسْتُوْرِيْنَ عَنْ غَالِبِ خَلْقِهِ، وَلَوْ كَانُوْا ظَاهِرِيْنَ فِيْمَا بَيْنَهُمْ وَأَذَاهُمْ اِنْسَانٌ لَكَانَ قَدْ بَارَزَ الله بِالْمُحَارَبَةِ فَأَهْلَكَهُ، فَكَانَ سِتْرُهُمْ عَنِ الْخَلْقِ رَحْمَةٌ
“Dan Allah tidak menjadikan mereka kecuali tertutup dari mayoritas makhluk-Nya, jika seandainya para wali itu tampak (kewaliannya) di hadapan mereka, kemudian ada yang menyakitinya, maka sungguh Allah akan menampakkan permusuhan kemudian mencelakainya. Dengan demikian, dirahasiakannya para wali dari makhluk adalah rahmat.” (Syekh Abdul Hafiz, Lawami’ul Anwar wa Raudlil Azhar, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 12).
Selagi masih ada Wali Allah yang berdzikir dengan menyebut nama Allah maka tidak akan terjadi kiamat sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang bersabda:
لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى أَنْ لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ ” الله الله ”، وَلَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ عَلَى رَجُلٍ يَقُوْلُ ” الله الله ” .
“Tiada akan datang hari kiamat selama masih ada di muka bumi yang menyebut Allah Allah, dan kiamat tidak akan datang menimpa orang yang menyebut nama Allah, Allah.” (HR Muslim)
Akhir Risalah:
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ طَامِعٌ فِي عَطَاكَ، رَاغِبٌ فِي رِضَاكَ، مُسْتَسْلِمٌ لِقَضَاكَ، فَاكْتُبْنِيْ مِنْ اَوْلِيَاكَ وَاسْلُكْ بِيْ سَبِيْلَ هُدَاكَ، وَالْحِقْنِيْ بِأَصْفِيَاكَ .
Allãhumma innî thãmi’un fî ‘athãka, rãghibun fî ridhãka, mustaslimun liqadhãka, faktubnî min auliyãka, wasluk-bî sabîla hudãka, wa al-hiqnî bi-ashfiyãka
“Ya Allah aku sangat mengharap pemberian-Mu, mendambakan keridhaan-Mu, berserah diri pada ketetapan-Mu, maka catatlah aku sebagai salah satu wali-Mu, dan bimbinglah aku ke jalan hidayah-Mu, dan susulkanlah aku ke dalam kelompok pilihan-Mu.”
Ãmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
_________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita