Hakikat Tuhan Adalah Hidup

Agama Tasawuf

“Dia adalah Maha Hidup, (Al-Ĥayyu) yang berada dalam kehidupan, dan memberi kehidupan (Al- Qayyûm)”

Oleh: H Derajat*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Sahabat yang sangat aku cintai, ada firman Allâh Ta’ala yang menyatakan:

اَللّٰهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۞

“Allâh, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Al-Hayyu (Yang Hidup kekal) Al-Qayyum  (terus menerus mengurus makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah [2]: 255)

Tentang kedekatan Allah dengan diri kita sesungguhnya telah dinyatakan dalam Surat Adz-Dzariyat Ayat 21:

وَفِىٓ أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ ۞

“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

Dalam ayat suci yang lain Allah menyatakan:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۞

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (QS. Al-Hadîd [57]: 4).

Dengan Ilmu-Nya, Allah menyertai diri kita dimanapun kita berada, sebagaimana dikatakan oleh Al-Bukhãriy rahimahullãh:

وَقَالَ ابْنُ مَعْدَانَ، سَأَلْتُ الثَّوْرِيَّ: وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ، قَالَ: ” عِلْمُهُ “

“Dan telah berkata Ibnu Ma’dan: Aku bertanya kepada (Sufyan) Ats-Tsauriy tentang ayat: ‘Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada’ (QS. Al-Hadiid : 4). Ia menjawab: “(Yaitu) ilmu-Nya.” (Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, 1/30).

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ  …

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya…” (QS. Qãf [50]: 16)

Yakni apa yang terbesit dalam hati dan perasaannya.

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ ۞

“… dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (QS. Qãf [50]: 16)

Makna (الوريد) yaitu pembuluh darah yang menuju jantung yang mana menyatakan bahwa Allah itu lebih dekat kepadanya daripada pembuluh darahnya sendiri, maka bagaimana akan tersembunyi daripadaNya apa yang ada dalam hati kita.

Untuk ilustrasi tentang kedekatan Allah dengan diri kita ada baiknya kita simak sebuah kisah.

Sekelompok ikan yang masih muda berkelana mencari samudera. Konon kabarnya menurut keyakinan mereka kalau samudera ditemukan maka mereka mendapatkan kehidupan yang abadi, bahagia selamanya karena samudera merupakan tujuan hidup hakiki. Begitu hebatnya samudera dalam pandangan mereka sehingga mereka meyakini bahwa samudera itu terletak di tempat yang sangat jauh dan sulit terjangkau, memerlukan perjalanan panjang untuk mencapainya.

Dalam proses pencarian tersebut, mereka berjumpa dengan seekor ikan tua yang bijaksana. Ikan tua bertanya kepada sekelompok ikan muda yang mencari samudera, “Mau kemana kalian, saya lihat kalian seperti para pengembara”.

“Benar pak tua, kami adalah para pengembara”, jawab salah seekor ikan.

“Apa yang ingin kalian cari dalam pengembaraan ini?”, tanya ikan tua

Mereka serentak menjawab, “Kami mencari samudera!!”.

Ikan tua tertawa mendengar jawaban ikan-ikan muda. Kemudian ikan muda bertanya kepada ikan tua, “Kenapa anda tertawa pak tua?”.

Ikan tua dengan masih tertawa menjawab, “Samudera yang kalian cari itu ada disini, kalian semua sedang berada di dalam samudera”

Sekelompok ikan muda yang mencari samudera merasa tersinggung dengan jawaban ikan tua, salah satu dari mereka membentak ikan tua, “Hai Pak Tua, yang anda tunjuk ini bukan samudera tapi air, orang bodoh pun tahu kalau ini air bukan samudera yang kami cari adalah samudera”. Kemudian Pak Tua menjelaskan, “Kalau kalian mencari samudera maka kalian sampai kapan pun tidak dapat, kecuali kalian mengetahui hakikat dari samudera itu”.

“Apa hakikat dari Samudera itu Pak Tua?”

Ikan Tua menjawab, “Hakikat dari samudera itu adalah air, isi nya adalah air, kumpulan air yang luas itu lah dinamakan samudera, bangsa kita hidup di dalam air yang merupakan bagian dari samudera”.

Ikan muda tercengang mendengar penjelasan dari Ikan Tua, sebuah penjelasan yang belum pernah di dapat semasa mereka di sekolah. Dengan penasaran salah seorang ikan muda bertanya, “Dari mana Pak Tua mengetahui Ilmu Tentang Hakikat Samudera?”

Ikan Tua menjawab, “Dari Guru saya, Beliau adalah Wali Samudera!”.

Kemudian ikan-ikan muda saling berpandangan satu sama lain, dalam hati mereka berkata, “Inilah yang kami cari selama ini, seorang Guru yang bisa membuka rahasia keabadian, rahasia samudera”. Mareka kemudian berkata, “Izinkan kami berguru pak Tua, bawalah kami kepada Wali Samudera agar kami bisa mengetahui lebih banyak lagi tentang Samudera”.

Syukur ikan-ikan muda tersebut mau menerima perbedaan, mau menerima hal yang diluar pengetahuan mereka sehingga mau merenungi ucapan Ikan Tua Yang Bijaksana. Biasanya ikan muda yang sibuk mencari samudera akan langsung mengatakan sesat kepada Ikan Tua Bijaksana atas ucapan yang tidak sesuai dengan apa yang di yakini selama ini.

Sama halnya dengan ikan, manusia pun dalam proses mencari Tuhan harus mengetahui terlebih dulu hakikat Tuhan, tentu saja harus ada yang memberitahukan dan membimbing yaitu Guru yang sudah mempunyai pengetahuan luas tentang itu. Kalau tidak maka pencarian akan sia-sia, sepanjang hidup tidak akan pernah berjumpa, walaupun sebenarnya Dia sudah berada di SANA.

Kita berasal dari Allah, bersama Allah dan menuju kepadaNya namun sayangnya kita tidak pernah menyadarinya ibarat ikan yang hidup di samudera namun tak menyadari bahwa mereka hidup di dalam air… dan hakikat samudera adalah kumpulan air sebagaimana ayat tadi :

وَفِىٓ أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ ۞

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

Semoga Allah merahmati kita dengan pengetahuanNya. Ãmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

__________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

 

Tagged