Jangan Hanya Kerjakan Shalat, Tapi Tegakkanlah!

Hikmah Tafsir Tarekat Tasawuf

“Jangan tinggalkan shalat karena shalat itu wajib, namun lebih wajib tinggalkanlah shalat itu!! Hati-hatilah walaupun di dalam shalat tetap masih ada kesyirikan”

Oleh: H. Derajat*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ ۞

Bismillâhirrahmânirrahîm
Al-hamdu lillâh wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Sahabatku, karena rasa cintaku padamu, rasanya aku ingin mengajakmu untuk sama-sama merenung kepada hakikat shalat yang sejati, yang mungkin saja banyak yang belum memahaminya.

Dalam Surat Ar-Rahman ayat 46, Allah SWT berfirman:

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ جَنَّتٰنِۚ ۝٤٦

Wa liman khâfa maqâma rabbihî jannatân

“Dan bagi siapa yang takut akan kebesaran Tuhannya, disediakan dua surga.”

Dua surga bisa diartikan sebagai surga umum yang telah banyak diketahui, dan surga keindahan bagi orang yang khusus yaitu pertemuan dengan Allah, Robb yang dicintainya.

Selain itu, dalam Surah Al Baqarah ayat 238, Allah SWT juga ada berfirman:

حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ ۝٢٣٨

ḫâfidhû ‘alash-shalawâti wash-shalâtil-wusthâ wa qûmû lillâhi qânitîn

“Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā. Berdirilah karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk.”

Banyak orang yang telah mengerjakan Shalat, tetapi tahukah wahai saudaraku bahwa perintah Allah adalah mendirikan (menegakkan) shalat atau Aqimis sholata (أَقِيمُوا الصَّلَاةَ) dan bukanlah mengerjakan shalat sebagaimana yang umum ketahui.

Aqimish shalãta, kita akan memasuki tahapan meninggalkan sifat kehambaan menuju kepada sifat Ketuhanan karena shalat yang didirikan berasal dari Allah adalah مِنَ اللّٰهِ (minallãh), bersama Allah مَعَ اللهِ” (ma’a Allãhi) dan karena Allah (Lillãh) (لله), di dalam shalat itulah sifat kemakhlukan kita lebur dalam sifat Ketuhanan sebagaimana perintah shalat diterima Rasulullah di dalam Mikraj beliau.

KH. Gus Mukhlason Rasyid menerangkan dalam kanal youtubenya bahwa jangan meninggalkan shalat karena shalat itu wajib, namun lebih wajib meninggalkan shalat, mengapa demikian?

Dari keterangan Gus Mukhlason dalam youtube tersebut bahwa Shalat yang wajib yang harus disertai Khusyuk adalah meniadakan sesuatu apapun selain Allah Ta’ala yang harus terhunjam dalam hati yang paling dalam disebutlah Shalat Wustha.

Ketika kita mendirikan shalat, maka kita wajib menanggalkan urusan keduniaan. Apa sih yang dimaksud keduniaan?

Nabi SAW, sang sumber kearifan, pernah ditanya, “Apakah keduniawian itu?” Dia menjawab, “Apapun yang membuatmu lengah dan menyebabkanmu lupa kepada Tuhanmu.”

Apakah usaha duniawi diperlukan untuk mencapai apa yang kita harapkan?

Beginilah ilustrasinya:

Diriwayatkan bahwa Sayyidina Umar r.a. pada suatu hari bertemu sekelompok orang yang duduk-duduk berkerumun, berleha-leha, dan tidak melakukan apa-apa. Dia menanyai mereka, siapa mereka sebenarnya. “Kami adalah orang yang menyerahkan segala urusannya di kedua tangan Allah, dan kami beriman kepadaNya,” jawab mereka.

“Sungguh, kamu tidak demikian !,” bentak Umar marah.

“Kamu hanyalah beban bagi orang lain, parasit di atas usaha-usaha orang lain ! karena, orang yang betul-betul beriman kepada Allah pertama-tama menanam benih di perut bumi ini, kemudian berharap, memperkirakan dan menyerahkan urusan-urusannya di tangan Sang Maha Pemberi rejeki!.”

Sahabat yang kukasihi, untuk lebih bisa menghayati ceramah Gus Mukhlason, ada baiknya kita memperhatikan ayat-ayat Al Qur’an yang menyebabkan Kiai Besar dalam hikayat tadi menangis. Agar bisa kita menjawab mengapa Kiai Besar tadi menangis.

وَمَنْ كَانَ فِيْ هٰذِهٖٓ اَعْمٰى فَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ اَعْمٰى وَاَضَلُّ سَبِيْلًا ۝٧٢

Wa mang kâna fî hâdzihî a‘mâ fa huwa fil-âkhirati a‘mâ wa adlallu sabîlâ

“Siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, di akhirat pun dia pasti buta dan lebih tersesat jalannya.” (Q.S. Al-Isra [17]: 72)

قَدْ خَسِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ اللّٰهِۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوْا يٰحَسْرَتَنَا عَلٰى مَا فَرَّطْنَا فِيْهَاۙ وَهُمْ يَحْمِلُوْنَ اَوْزَارَهُمْ عَلٰى ظُهُوْرِهِمْۗ اَلَا سَاۤءَ مَا يَزِرُوْنَ ۝٣١

Qad khasiral ladzîna kadzdzabû biliqâ’illâh, ḫattâ idzâ jâ’at-humus-sâ‘atu baghtatang qâlû yâ ḫasratanâ ‘alâ mâ farrathnâ fîhâ wa hum yaḫmilûna auzârahum ‘alâ dhuhûrihim, alâ sâ’a mâ yazirûn

“Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah. Maka, apabila hari Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami atas kelalaian kami tentangnya (hari Kiamat),” sambil memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu.” (Q.S. Al-An’am [6]: 32)

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ ۝١٤

Zuyyina lin-nâsi ḫubbusy-syahawâti minan-nisâ’i wal-banîna wal-qanathîril-muqantharati minadz-dzahabi wal-fidldlati wal-khailil-musawwamati wal-an‘âmi wal-ḫarts, dzâlika matâ‘ul-ḫayâtid-dun-yâ, wallâhu ‘indahû ḫusnul-ma’âb

“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 14)

Ayat-ayat di bawah ini menggambarkan surga sebagai tempat yang penuh kenikmatan, keindahan, dan kebahagiaan abadi bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.

Kira-kira ayat-ayat berikut ini tentang Surga yang membuat Sang Kiai dalam Kisah Gus Mukhlason tadi tertawa,

وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ۗ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًا ۗوَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ۝٥٢

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 25)

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ ۝۲٣١

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 133)

اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ ۝۵٣ فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ ۝٦٣ عُرُبًا اَتْرَابًاۙ ۝٧٣

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Q.S. Al-Waqi’ah [56]: 35-37)

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا ۝١٢٤

“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk surga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.” (Q.S. An-Nisa [4]: 124)

Bila kita meluangkan waktu untuk menyimak sungguh-sungguh ayat di atas maka akan sampailah kita pada pengertian mendirikan shalat dalam pembahasan ini.

Akhir risalah:

اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَآئِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّآءٍ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ ۞

Allãhumma innî as’aluka ladzdzatan nadzhari ilã wajhika, wasy-syauqa ilã liqã-ika fî ghairi dharrã-in mudhirratin wa lã fitnatin mudhillatin

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di surga), rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan.”

____________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

 

Tagged