“Menganggap adanya keburukan dan berprasangka, meskipun pada diri seseorang tidak ada sebab maka bisa membuatnya sakit. Oleh karenanya, berhati-hatilah dengan prasangka itu. (Rumi)”
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Sahabatku yang budiman, izinkan kami sekeluarga memohon maaf lahir dan bathin karena sesungguhnya memohon maaf atas kesalahan adalah salah satu jalan menuju Allah, dan melihat KebesaranNya tanpa perlu diragukan. Memohon maaflah baik kepada Allah maupun kepada orang lain sebanyak yang dapat kita lakukan dan lihatlah Allah dengan senyata-nyatanya.
Dalam kesempatan yang baik ini izinkan pula kami memberikan nasehat Mursyid kami yaitu Mevlana Celaluddin El-Rumi atau yang lebih dikenal dengan Maulana Jalaluddin Al-Rumi. Beliau adalah seorang agamawan yang hidup pada abad ke-13. Ia lahir tahun 1207 di daratan yang sekarang menjadi kawasan Afganistan dan meninggal pada 1273 di Konya, Turki.
Selain seorang agamawan, ia juga seorang penyair, pengajar ajaran Sufi dan seorang muslim beraliran Sunni Persia. Jika di Indonesia, orang lebih mengenalnya dengan sebutan Al-Rumi atau Rumi, di Turki, beliau lebih dikenal dengan sebutan Mevlana. Banyak kutipan-kutipan puisinya yang terkenal hingga saat ini.
Sebagian dari apa yang menjadi amanah Mursyid kami Maulana Jalaludin Rumi dapat aku kutipkan disini:
“Eğer bir gün dünya’ya çok büyük bir derdin olursa, Rabb’ine dönüp, ‘Benim çok büyük bir derdim var’ deme! Derdine dönüp, ‘Benim çok büyük bir Rabb’im var’ de!”
“Ketika suatu saat kau memiliki masalah yang amat besar, jangan menghadap Rabbmu dan berkata, ‘Aku memiliki masalah yang amat berat.’ Tapi hadapilah masalahmu dan katakan, ‘Aku memiliki Rabb yang amat besar.’”
“Cömertlik ve yardım etmede akarsu gibi ol”,
“Dalam kedermawanan dan tolong menolong, jadilah seperti air sungai yang mengalir”,
“Şefkat ve mevhamette güneş gibi ol“,
“dalam perasaan terharu dan syukur jadilah seperti mentari“,
“Tevazu ve alçak gönüllülükte toprak gibi ol”,
“dalam sopan santun dan kerendahan hati, jadilah seperti bumi“, dan
“hoşgörülükte deniz gibi ol”.
“dalam bertoleransi, jadilah seperti laut”.
“Mum olmak kolay değildir. Işık saçmak için, önce yanmak gerek.”
“Menjadi sebuah lilin tidaklah mudah. Untuk menghasilkan cahaya, ia harus membakar dirinya terlebih dahulu.”
“Allah’ın gölgesi kulun başı üstündedir”
“Bayangan Allah berada di atas kepala hamba-Nya.”
Allah memiliki sifat Maha Penyayang. Dengan kata lain, Allah akan menyayangi semua makhluk ciptaannya tanpa terkecuali. Karena Allah akan berada di manapun hamba-Nya berada. Barang siapa yang mencari-Nya, maka pada akhirnya akan menemukannya.
“Tatlı yaşayan acı ölür, bedenine tapan canını kurtaramaz.”
“Orang yang hidup nyaman akan mati menderita. Orang yang menyembah badannya tidak akan bisa menyelamatkan ruhnya.”
Maksud dari kutipan ini, mengajarkan kita tentang makna kehidupan. Kehidupan tidak selamanya memberikan kesenangan. Terkadang lewat cobaan dan masalah yang merundung, Sang Pencipta sedang memberi peringatan pada hamba-Nya. Menurut Rumi, orang yang hidup dengan nyaman tanpa cobaan, akan mati dengan pedih. Biar bagaimana pun cobaan dan segala masalah adalah sebuah ‘utusan’ dari kematian. Beliau juga berpesan pada syair yang sama dengan kutipan ini, “Jangan berpaling dari utusan kematian, wahai orang-orang yang berkutat pada pekerjaan tak pasti!”
“Kötüye yormak ve vehim yapmak insanı derdi yokken bile hasta eder. Onun için olaylara iyi bak.”
“Menganggap adanya keburukan dan berprasangka, meskipun pada diri seseorang tidak ada sebab maka bisa membuatnya sakit. Oleh karenanya, berhati-hatilah dengan prasangka itu.”
Artinya, berhati-hatilah dengan prasangka, karena prasangka bisa menimbulkan penyakit hati.
Semoga Allah memberkati dan menyayangi kita semua, di masa-masa penuh kesulitan dan fitnah zaman yang merajalela. Ãmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
___________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita